Rabu, 28 Januari 2015

MADUGO BERSHOLAWAT

                                 SMK MA'ARIF 2 GOMBONG BERSHOLAWAT

       
Gombong (24/1/2015) Ribuan jama’ah shalawat malam Ahad Wage atau yang biasa disingkat dengan Mahage malam ini menggelar acara Madugo Bershalawat. Acara ini digelar di Halaman SMK Ma’arif 2 Gombong yang berlokasi di Jalan Kemukus No. 96 B Gombong. 
Acara diawali pukul 20:00 WIB dengan Gema Sholawat simthudduror yang dipimpin oleh Ustadz Saebani dan kawan-kawan. Selanjutnya penyampaian prakata ketua panitia yang disampaikan oleh Arif Rochman, S.Pd.I. 
Beliau menyampaikan beribu-ribu rasa terima kasih kepada para hadirin yang telah bersedia hadir pada acara gema shalawat di SMK Ma’arif 2 Gombong kali ini, beliau juga menyampaikan bahwa acara Mahage se-Kabupaten Kebumen kali ini adalah kedua kalinya yang diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya di Halaman SMK Ma’arif 2 Gombong. Imbuh Arif.
Sementara itu, Kepala SMK Ma’arif 2 Gombong Ngadino, S.Kom menyampaikan dalam sambutannya beliau memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para remaja yang gemar bersholawat semoga menjadi penerus perjuangan Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan momentum acara Mahage se-Kabupaten Kebumen kali ini menjadikan para siswa SMK Ma’arif 2 Gombong dapat meningkat prestasinya dan dapat lulus 100% di tahun ini dengan berkah bersholawat. Pungkas Ngadino.
Setelah itu pembahasan Kitab Hadist Riyadus Shalikin dan dilanjutkan pembacaan Ratib Al Haddad yang dipimpin lanjut oleh Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al Habsy dari Solo (Cucu dari Pengarang Ratib Al Haddad wa Maulid simthudduror) didampingi oleh Al Habib Hasan bin Muchdor Alattas pimpinan Jama’ah Shalawat Mahage Kabupaten Kebumen. Iringan musik hadrah senantiasa berketipung saat shalawat bergema berupa syiir-syiir pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan Madugo Bersholawat ini dihadiri oleh Ketua PCNU Kab. Kebumen, Kodim Kab. Kebumen Kepala KUA Kecamatan Gombong, Koramil Gombong, Kapolsek Gombong, Ketua GP Ansor Kabupaten Kebumen, Pengurus MWC Kuwarasan, Kecamatan Buayan dan Kecamatan Sempor, Jama’ah Majelis Rosulullah Kabupaten Kebumen, Jama’ah Ahbabul Musthofa Kabupaten Kebumen, pengurus PonPes se-Kabupaten Kebumen, serta ribuan jama’ah Mahage dan Qotrun nisa se-Kabupaten Kebumen yang tumpah ruah memadati bumi SMK Ma’arif 2 Gombong.
Sementara itu, dari pantauan Reporter Madu_Go di Jalan utama Kemukus menuju Halaman SMK Ma’arif 2 Gombong terlihat sangat padat, akan tetapi panitia dari sie keamanan Nugroho Harri Marjianto, M.Pd. dkk yang berkordinasi dengan Banser Kec Sempor, Kodim, Koramil, Polsek, Hanra setempat dibantu anggota PKS SMK Madu Go begitu rapihnya mengatur serta menempatkan kendaraan jama’ah, sehingga meskipun jama’ah yang hadir ribuan orang dari berbagai tempat tetapi dapat dikondisikan dengan rapih sehingga tidak mengganggu lalu lintas setempat.
MaduGo Bersholawat kali ini juga disiarkan secara langsung lewat Radio Madu FM 107.4 MHz Radio Komunitas Pelajar Gombong dan akan ditanyangkan di Ratih TV Kebumen.
Semoga kegiatan rutinan Mahage Kabupaten Kebumen yang bertajuk Madugo Bershalawat mendapatkan banyak barokah dari Allah SWT.

Sumber :  http://saifudinmadugo.com/index.php/read/news/?nid=84

Kamis, 22 Januari 2015

WAKTU ADALAH IBADAH

Waktu adalah uang. Demikian pepatah Barat menyatakan. Setiap waktu yang terbuang sia-sia sama artinya dengan kehilangan uang yang bisa dihasilkan dengan memanfaatkan waktu tersebut.
Memang banyak pepatah yang digunakan untuk menggambarkan betapa berharganya waktu. Dalam Al-Qur’an dan hadis pun banyak sekali disinggung soal waktu ini, dan betapa pemanfaatannya menentukan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Ada sebuah kalimat yang pernah muncul dalam sebuah khutbah, yang dibuat berdasarkan pepatah di awal tadi, yang mungkin lebih tepat dalam merangkum makna waktu bagi seorang muslim: Waktu adalah ibadah.
Ayat ke 56 dari surat adz-Dzariyat dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia (dan jin) adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Sehingga, apapun yang kita lakukan dalam hidup kita, dengan waktu kita, hendaknya diniatkan untuk memenuhi tujuan itu.
Jika pepatah di awal tadi mengumpamakan kesia-siaan waktu setara dengan hilangnya uang, maka perumpamaan kedua ini menjadikan terbuangnya waktu sebagai hilangnya kesempatan untuk beribadah kepada-Nya.
Kalau yang pertama cenderung bersifat duniawi, maka yang kedua menimbulkan kerugian tidak hanya di dunia, namun juga bagi kehidupan setelah kematian.
Rasulullah saw. bersabda:  “Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut. (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah satu amalan yang paling utama, diikuti oleh jihad fi sabilillah dan berbakti pada kedua orang tua, adalah salat tepat waktu. Ini turut menunjukkan bahwa menyembah-Nya patut menjadi prioritas kita.
Waktu terus berlalu dan tak pernah menunggu. Kesempatan kita untuk beribadah dan beramal saleh tidak akan selalu ada di situ. Waktu yang digunakan sebagai ibadah adalah waktu yang menghasilkan manfaat, terhitung sebagai amal, dan menambah berat timbangan kebaikan kita. Maka untuk itulah tiap detik waktu sebisa mungkin kita habiskan.
Waktu adalah uang. Demikian pepatah Barat menyatakan. Setiap waktu yang terbuang sia-sia sama artinya dengan kehilangan uang yang bisa dihasilkan dengan memanfaatkan waktu tersebut.
Memang banyak pepatah yang digunakan untuk menggambarkan betapa berharganya waktu. Dalam Al-Qur’an dan hadis pun banyak sekali disinggung soal waktu ini, dan betapa pemanfaatannya menentukan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Ada sebuah kalimat yang pernah muncul dalam sebuah khutbah, yang dibuat berdasarkan pepatah di awal tadi, yang mungkin lebih tepat dalam merangkum makna waktu bagi seorang muslim: Waktu adalah ibadah.
Ayat ke 56 dari surat adz-Dzariyat dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia (dan jin) adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Sehingga, apapun yang kita lakukan dalam hidup kita, dengan waktu kita, hendaknya diniatkan untuk memenuhi tujuan itu.
Jika pepatah di awal tadi mengumpamakan kesia-siaan waktu setara dengan hilangnya uang, maka perumpamaan kedua ini menjadikan terbuangnya waktu sebagai hilangnya kesempatan untuk beribadah kepada-Nya.
Kalau yang pertama cenderung bersifat duniawi, maka yang kedua menimbulkan kerugian tidak hanya di dunia, namun juga bagi kehidupan setelah kematian.
Rasulullah saw. bersabda:  “Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut. (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah satu amalan yang paling utama, diikuti oleh jihad fi sabilillah dan berbakti pada kedua orang tua, adalah salat tepat waktu. Ini turut menunjukkan bahwa menyembah-Nya patut menjadi prioritas kita.
Waktu terus berlalu dan tak pernah menunggu. Kesempatan kita untuk beribadah dan beramal saleh tidak akan selalu ada di situ. Waktu yang digunakan sebagai ibadah adalah waktu yang menghasilkan manfaat, terhitung sebagai amal, dan menambah berat timbangan kebaikan kita. Maka untuk itulah tiap detik waktu sebisa mungkin kita habiskan.
Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seperti seorang pengembara. Apabila engkau telah memasuki waktu sore, janganlah menanti datangnya waktu pagi. Dan apabila engkau telah memasuki waktu pagi, janganlah menanti datangnya waktu sore. Ambilah waktu sehatmu (untuk bekal) waktu sakitmu, dan hidupmu untuk (bekal) matimu. (HR. Bukhari).
Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seperti seorang pengembara. Apabila engkau telah memasuki waktu sore, janganlah menanti datangnya waktu pagi. Dan apabila engkau telah memasuki waktu pagi, janganlah menanti datangnya waktu sore. Ambilah waktu sehatmu (untuk bekal) waktu sakitmu, dan hidupmu untuk (bekal) matimu. (HR. Bukhari).
Sumber : http://alifmagz.com/?p=25021